Jakarta (ANTARA) – Ketika berbicara tentang investasi, saham sering kali mencuri perhatian karena fluktuasi harganya yang mencolok dan potensi keuntungan yang tinggi.

Namun, di balik sorotan pasar modal yang bising, ada instrumen investasi lain yang tak kalah penting namun sering terabaikan, yaitu obligasi dan sukuk.

Keduanya kini mulai naik daun, tak hanya karena kestabilan dan karakter pendapatan tetap yang ditawarkannya, tetapi juga karena kemajuan teknologi finansial yang membuka akses lebih luas kepada masyarakat.

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk meminjam dana dari publik.

Investor yang membeli obligasi pada dasarnya memberikan pinjaman kepada penerbit, dan sebagai imbalannya akan menerima pembayaran bunga secara berkala serta pengembalian pokok di akhir masa jatuh tempo.

Sukuk, sebagai padanan syariah dari obligasi, memiliki struktur yang berbeda karena tidak berbasis bunga. Instrumen ini menggunakan skema bagi hasil atau ijarah, sehingga lebih sesuai dengan prinsip keuangan Islam.

Kedua instrumen ini umumnya menjadi pilihan bagi investor dengan profil risiko moderat, yang mencari stabilitas dan kepastian pendapatan.

Selama ini, akses terhadap obligasi dan sukuk, terutama di pasar sekunder, bukanlah hal yang mudah. Meskipun tersedia di pasar modal, proses jual beli seringkali bersifat manual dan memerlukan interaksi langsung dengan dealer atau layanan pelanggan.

Bagi sebagian besar investor ritel, terutama generasi muda yang terbiasa dengan layanan instan dan digital, hal ini menjadi hambatan.

Literasi keuangan yang masih rendah di kalangan masyarakat juga memperparah kondisi tersebut. Banyak yang belum memahami bahwa obligasi dan sukuk bisa diperjualbelikan sebelum jatuh tempo, memberikan fleksibilitas dan peluang optimalisasi portofolio yang sangat potensial.

Dalam konteks ini, peluncuran fitur Secondary Bonds Trading oleh Bahana Sekuritas melalui platform Bahana DXtrade menjadi langkah signifikan.

Bukan hanya dari sisi teknologinya, tetapi dari sudut pandang edukasi pasar dan transformasi ekosistem investasi di Indonesia.

Dengan fitur ini, investor dapat melakukan transaksi jual beli obligasi dan sukuk secara mandiri dan digital, tanpa harus melalui proses manual yang selama ini dianggap merepotkan.

Menurut Reza Benito Zahar, Direktur Utama Bahana Sekuritas, fitur ini adalah bagian dari langkah strategis untuk menjadikan Bahana sebagai House of Bonds.

Ini bukan semata jargon pemasaran, melainkan ambisi untuk menempatkan obligasi sebagai bagian penting dalam portofolio masyarakat Indonesia.

Reza menegaskan komitmen perusahaannya untuk memilihkan obligasi terbaik sebagai opsi diversifikasi investasi, sebuah langkah yang patut diapresiasi di tengah dominasi narasi investasi yang masih didominasi saham atau instrumen berisiko tinggi.

Integrasi sistem

Kolaborasi dengan DBS Indonesia menunjukkan bahwa terobosan ini tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan hasil dari sinergi dan integrasi sistem yang matang.

Bahana tidak hanya menyediakan platform, tetapi juga memperkuat aspek eksekusi perdagangan obligasi agar benar-benar bisa diakses oleh semua kalangan, termasuk investor pemula.

Eyfrel Likuajang, Head of Digital Business Bahana Sekuritas, menyampaikan bahwa fitur ini menjawab kesulitan yang selama ini dihadapi investor dalam mengakses pasar sekunder.

Dengan aplikasi Bahana DXtrade, jual beli obligasi dan sukuk kini benar-benar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Penting untuk dicatat bahwa terobosan ini juga punya dimensi inklusi keuangan yang kuat. Di Indonesia, tingkat inklusi keuangan memang terus meningkat, tetapi masih terdapat kesenjangan signifikan dalam akses dan pemahaman terhadap instrumen keuangan non-bank seperti pasar modal.

Banyak masyarakat yang masih berpikir bahwa obligasi adalah produk eksklusif untuk kalangan investor besar, padahal kenyataannya saat ini sudah tersedia obligasi ritel dengan nominal yang terjangkau.

Digitalisasi adalah kunci untuk membuka akses yang selama ini tertutup oleh batasan geografis, birokrasi, dan persepsi yang keliru.

Melalui fitur ini, Bahana juga memperlihatkan bagaimana lembaga keuangan bisa bertransformasi menjadi institusi yang tidak hanya menjual produk, tetapi juga mendidik publik.

Dengan menyederhanakan proses, memperkuat antarmuka digital, dan memberikan informasi yang jelas, mereka berkontribusi dalam mendorong literasi keuangan secara substansial.

Peluncuran fitur Primary Bonds Trading pada akhir 2024 juga telah menjadi fondasi penting sebelum fitur pasar sekunder ini hadir sebagai pelengkap.

Alat investasi

Satu hal yang menarik dari perkembangan ini adalah bagaimana teknologi digital bisa mengembalikan fungsi obligasi sebagai alat investasi yang mudah, aman, dan fleksibel.

Jika sebelumnya obligasi hanya populer di kalangan institusi dan investor berpengalaman, kini jalan menuju demokratisasi investasi semakin terbuka.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa menjadi katalisator untuk menciptakan masyarakat yang lebih melek investasi dan mampu mengelola keuangannya dengan lebih baik.

Pemerintah sebenarnya sudah sejak lama mendorong partisipasi publik dalam pembelian obligasi negara, baik melalui ORI (Obligasi Ritel Indonesia) maupun sukuk ritel.

Namun, tantangannya adalah bagaimana membangun jembatan antara produk yang tersedia dengan calon investor yang ingin mengaksesnya.

Di sinilah peran inovasi digital menjadi krusial. Bukan hanya menyediakan jalan, tetapi juga memastikan jalan itu bisa dilalui dengan mudah dan aman.

Yang juga tidak kalah penting adalah perlunya kesinambungan. Kehadiran fitur seperti Secondary Bonds Trading ini tidak boleh menjadi upaya sesaat atau sekadar proyek teknologi.

Perlu ada kesinambungan dalam edukasi, peningkatan layanan, serta penguatan kepercayaan publik terhadap pasar obligasi.

Regulasi dan pengawasan juga harus terus menyesuaikan diri agar mampu mengakomodasi dinamika digitalisasi pasar keuangan, tanpa kehilangan aspek perlindungan investor.

Investasi yang bijak bukan hanya soal mengejar keuntungan, tetapi juga soal memahami risiko, memilih instrumen yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan, serta memanfaatkan teknologi untuk membuat keputusan yang lebih cerdas.

Peluncuran fitur perdagangan obligasi sekunder oleh Bahana Sekuritas adalah contoh konkret bagaimana sektor keuangan bisa melangkah lebih jauh ke arah inklusi dan literasi, tanpa kehilangan integritas pasar.

Ini adalah kabar baik bagi masa depan investasi Indonesia yang lebih inklusif, edukatif, dan berdaya saing.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.