
Orang-orang Jepang pun tahu bahwa kalau produk itu sudah halal dan syariah, pasti sifatnya inklusif, berkeadilan, dan sustainable,
Bandarlampung (ANTARA) – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti memandang, ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) memiliki nilai universal yang melampaui batas agama hingga negara, sehingga bersifat inklusif dan diterima secara luas.
“Sistem ekonomi dan keuangan syariah dibangun di atas landasan nilai yang mulia. Dibangun berdasarkan etika, model bisnis yang inklusif, yang berkelanjutan dan berkeadilan, serta berpihak terhadap kesejahteraan bersama,” kata Destry dalam acara penutupan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Sumatera di Bandarlampung, Rabu.
Dari sisi ekonomi syariah, Destry mengatakan bahwa negara dengan populasi Muslim yang sangat kecil pun tertarik dengan implementasi prinsip-prinsip syariah.
Dia mencontohkan, masyarakat Jepang telah menunjukkan minat tinggi terhadap produk halal dari Indonesia.
“Orang-orang Jepang pun tahu bahwa kalau produk itu sudah halal dan syariah, pasti sifatnya inklusif, berkeadilan, dan sustainable,” kata dia.
Destry menyebutkan bahwa kontribusi ekonomi syariah terhadap PDB Indonesia sudah mencapai sekitar 45 persen.
Meski ekonomi syariah saat ini telah tumbuh dengan baik, ia mengingatkan bahwa hal ini harus diimbangi dengan penguatan instrumen keuangan syariah.
Oleh sebab itu, bank sentral berkomitmen mempercepat inovasi dan perluasan instrumen keuangan syariah berbasis underlying asset agar tidak tertinggal dari negara-negara lain seperti Malaysia.
“Karena kalau sekarang ekonomi syariahnya sudah tumbuh, instrumen keuangannya masih terbatas, tentu ini akan menjadi hambatan juga ke depan,” ujar dia.
Menurutnya, pengembangan keuangan syariah di Asia Tenggara semakin kompetitif. Malaysia yang sebelumnya menjadi pionir, kini mulai menghadapi tantangan keterbatasan underlying asset karena ekspansi yang sudah masif. Sementara Filipina mulai agresif mengembangkan ekosistem keuangan syariahnya.
“Sekarang yang lagi mengejar untuk pengembangan keuangan syariah di Asia Tenggara itu adalah Filipina. Nah, ayo kita jangan kalah. Kita punya potensi yang luar biasa besar sekali,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Destry pun menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang telah mendukung penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah (FESyar). Adapun festival ini menjadi bagian dari perjalanan menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pada Oktober 2025 di Jakarta.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung Bimo Epyanto melaporkan bahwa FESyar Regional Sumatera 2025 mencatatkan kinerja positif di mana total penjualan dari area showcasing telah mencapai Rp1,69 miliar sejak dibuka pada Sabtu (21/6).
Pada periode yang sama, nominal komitmen business matching untuk penjualan mencapai Rp3,6 miliar serta business matching untuk pembiayaan Rp7,13 miliar.
Sedangkan dari sisi keuangan sosial, total wakaf produktif yang telah berhasil dikumpulkan sebesar Rp38,39 juta. Wakaf produktif ini berasal dari pelaksanaan QRIS Wakaf Run dan Pojok Kopi selama FESyar Regional Sumatera 2025.
“Kesuksesan FESyar Regional Sumatera 2025 tidak terlepas dari sinergi, kolaborasi, dan dukungan dari seluruh pihak yang terlibat. Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Lampung, KDEKS Lampung dan segenap instansi/lembaga yang telah terlibat,” kata Bimo.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Leave a Reply