
Jakarta (ANTARA) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan pihaknya siap menjaga nilai tukar rupiah di level kisaran Rp16.100 – Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2025.
Prospek ini didukung oleh komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
“Selain itu, aliran masuk modal asing yang berlanjut ke negara berkembang, termasuk Indonesia, juga mendorong perkiraan kisaran rupiah tersebut,” ujar Perry dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI dengan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Gubernur BI di Jakarta, Selasa.
Pada tahun 2026, Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada dalam tren menguat di kisaran Rp16.000- Rp16.500 per dolar AS.
Ia mengatakan prospek nilai tukar rupiah itu sejalan dengan prospek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2026 yang mendukung ketahanan eksternal, termasuk ditopang berlanjutnya aliran masuk modal asing sejalan dengan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia dan imbal hasil investasi yang menarik.
“Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang ditempuh Bank Indonesia juga mendukung prakiraan tersebut,” ujar Perry.
Ia memastikan, BI akan terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi nilai tukar, termasuk intervensi terukur di pasar off- shore Non-Deliverable Forward (NDF) dan strategi triple intervention pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Selain itu, lanjutnya, seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
“Untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah,” ujar Perry.
Ia menilai kisaran perkiraan rata-rata nilai tukar Rupiah tersebut masih dapat sejalan dengan asumsi pada Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026, meskipun berada di batas bawah kisaran Rp16.500-Rp16.900 per dolar AS.
Meskipun secara fundamental sejumlah faktor diperkirakan akan membawa penguatan terhadap rupiah, Ia mengingatkan bahwa tingginya ketidakpastian perekonomian global termasuk dinamika kebijakan tarif AS dan ketegangan geopolitik dunia masih dapat berpengaruh pula terhadap prospek nilai tukar rupiah ke depan.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Leave a Reply