Penurunan suku bunga ini, tentunya kami berharap akan bisa tertransmisi, di mana akan tercermin di pasar uang dan pasar keuangan. Sehingga tentunya ini akan menurunkan biaya modal ataupun biaya dana, baik itu untuk perbankan ataupun untuk sistem keua

Jakarta (ANTARA) – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan, penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate menjadi 5,5 persen yang diputuskan pada RDG Mei 2025 diharapkan bisa mempengaruhi atau tertransmisikan ke pasar uang dan pasar keuangan.

“Penurunan suku bunga ini, tentunya kami berharap akan bisa tertransmisi, di mana akan tercermin di pasar uang dan pasar keuangan. Sehingga tentunya ini akan menurunkan biaya modal ataupun biaya dana, baik itu untuk perbankan ataupun untuk sistem keuangan secara keseluruhan,” kata Destry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Mei 2025 di Jakarta, Rabu.

Destry mencatat, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, suku bunga IndONIA turun menjadi 5,77 persen pada 20 Mei 2025 dari semula sebesar 6,03 persen pada awal Januari 2025.

Suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 Mei 2025 juga turun, yakni dari masing-masing 7,16 persen; 7,20 persen; dan 7,27 persen pada awal Januari 2025 menjadi 6,40 persen; 6,44 persen; dan 6,47 persen.

Kemudian, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 2 tahun turun dari 6,96 persen menjadi 6,16 persen. Sementara imbal hasil SBN untuk tenor 10 tahun turun dari 6,98 persen menjadi 6,84 persen.

Namun demikian, suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025, suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83 persen, meningkat dari 4,81 persen pada awal Januari 2025, dengan kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan.

Suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yaitu tercatat sebesar 9,19 persen pada April 2025, relatif sama dengan 9,20 persen pada awal Januari 2025.

BI menyampaikan, penguatan respons kebijakan moneter terus dilakukan untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 2,5±1 persen pada tahun 2025 dan 2026, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sejalan dengan itu, strategi operasi moneter pro-market terus dioptimalkan untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga khususnya di perbankan.

Ke depan, Bank Indonesia memandang suku bunga perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025