Literasi keuangan digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendasar untuk menghadapi ekosistem keuangan yang terus berkembang

Jakarta (ANTARA) – Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hasan Fawzi memandang bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi digital sektor keuangan Indonesia.

Hal itu disampaikan Hasan saat memberikan kuliah umum dalam kegiatan Digital Financial Literacy (DFL) di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Papua Barat. Menurut Hasan, Gen Z juga memiliki peran penting sebagai agen perubahan dan ujung tombak transformasi digital di Indonesia Timur.

“Literasi keuangan digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendasar untuk menghadapi ekosistem keuangan yang terus berkembang,” kata Hasan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Ia juga turut menekankan kehadiran teknologi seperti blockchain, artificial intelligence, dan big data yang telah menghadirkan berbagai peluang sekaligus tantangan baru dalam pengelolaan keuangan.

Hasan mengingatkan kepada mahasiswa untuk bijak dalam mengelola keuangan digital dan mewaspadai potensi penipuan di era layanan keuangan berbasis teknologi.

Saat ini, ujar dia, angka penipuan di keuangan digital masih tinggi karena literasi keuangan masyarakat Indonesia juga masih tergolong rendah.

Berdasarkan data Indonesia Anti Scam Center (IASC) per Maret 2025, hampir sebanyak 80.000 laporan penipuan keuangan yang diterima IASC dengan kerugian mencapai Rp1,7 triliun.

Oleh karena itu, pemahaman mengenai legalitas, logika investasi, dan risiko harus menjadi dasar masyarakat sebelum memilih produk keuangan digital.

Adapun kegiatan Digital Financial Literacy merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengembangkan inovasi teknologi di sektor keuangan dan mengedukasi masyarakat, khususnya kepada lebih dari 200 mahasiswa di Kota Sorong, Papua Barat dan sekitarnya, mengenai pentingnya literasi keuangan digital.

Hasan menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata dari upaya OJK untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk kawasan timur, guna memastikan bahwa transformasi digital di sektor keuangan dapat dioptimalisasi secara merata.

Kegiatan ini menjadi bagian dari program literasi tahunan OJK yang dirancang untuk menjawab tantangan rendahnya indeks literasi keuangan digital di tengah maraknya adopsi layanan keuangan berbasis teknologi.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 66 persen, sementara indeks inklusi keuangan telah mencapai 80 persen.

Menurut OJK, kesenjangan ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan namun belum memiliki pemahaman yang memadai. Hal ini berpotensi menimbulkan risiko yang merugikan jika tidak ditangani melalui edukasi keuangan yang tepat dan masif.

Melalui kegiatan Digital Financial Literacy, OJK berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat termasuk sivitas akademika di berbagai wilayah Indonesia, agar mampu memanfaatkan produk dan layanan keuangan digital secara bijak, aman, dan bertanggung jawab.

OJK juga berharap generasi muda tidak hanya menjadi pengguna aktif, tetapi juga pelaku inovasi di sektor keuangan digital.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025