Namun untuk bisa masuk ke segmen ini, perlu adanya perbaikan-perbaikan di sisi teknologi digital, supaya segmen konformis ataupun segmen konservatif memang mau ber-bank di bank syariah yang baru kita miliki ini. Itu menjadi target utama

Jakarta (ANTARA) – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mengungkapkan, bank umum syariah (BUS) hasil spin-off UUS dan peleburan dengan Bank Victoria Syariah berfokus pada digitalisasi layanan agar menarik lebih banyak nasabah segmen konformis dan konservatif.

Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengatakan, nasabah segmen konformis dan konservatif merupakan segmen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap layanan perbankan syariah untuk market Indonesia.

“Namun untuk bisa masuk ke segmen ini, perlu adanya perbaikan-perbaikan di sisi teknologi digital, supaya segmen konformis ataupun segmen konservatif memang mau ber-bank di bank syariah yang baru kita miliki ini. Itu menjadi target utama,” kata Setiyo di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa perseroan akan memasang target pertumbuhan bisnis cukup progresif mengingat segmen konformis dan konservatif masih memiliki ruang yang sangat potensial untuk dibidik.

Saat ini, BTN tengah memfinalisasi rencana bisnis atau corporate plan untuk BUS baru hingga 5 tahun ke depan.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, BUS ini ditargetkan menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Mengingat BUS baru bakal lebih mengedepankan digitalisasi layanan perbankan, menurut Nixon, sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan teknologi akan ditambah.

BUS baru juga tetap berfokus menggarap kredit kepemilikan rumah (KPR) berbasis syariah sebagai core bisnis.

Selain itu, produk-produk consumer banking lainnya akan dikembangkan lebih lanjut, termasuk menghadirkan produk seputar emas seperti cicil emas atau tabungan emas.

“Jadi jangan diharapkan dulu masuk corporate banking. Tidak, tapi lebih ke consumer banking dan retail banking dengan lebih digital di dunia syariah,” ujar Nixon.

Agar penetrasi nasabah lebih cepat, dia mengatakan bahwa seluruh cabang BTN akan menghadirkan kantor layanan syariah.

“Itu sangat dimungkinkan untuk mempercepat proses penetrasi mereka di market. Karena kalau harus proses buka cabang itu kan izin-izinnya lama, cari sewa gedung dan lain-lain kelamaan,” kata Nixon.

BTN telah resmi mengambil alih saham mayoritas PT Bank Victoria Syariah (BVIS) senilai Rp1,5 triliun. Kesepakatan itu diwujudkan dalam penandatanganan akta jual beli dan pengambilalihan saham BVIS antara BTN dengan PT Victoria Investama Tbk dan PT Bank Victoria International Tbk di Menara BTN, Jakarta, Kamis.

BTN menargetkan proses spin-off unit usaha syariah (UUS) atau BTN Syariah selesai pada Oktober atau November 2025 agar dapat berdiri sendiri sebagai BUS serta menggabungkannya dengan Bank Victoria Syariah. Pada akhir tahun ini, diharapkan lahir BUS baru yang masuk dalam kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) II.

Dengan lahirnya BUS baru yang diharapkan menjadi pesaing PT Bank Syariah Indonesia (BSI), BTN meyakini hal ini membuat ekosistem syariah di Indonesia menjadi lebih baik.

Sebagai informasi, BTN Syariah mencatatkan total aset sebesar Rp61,19 triliun per akhir Maret 2025, melansir laporan keuangan BTN.

Pada Januari lalu, BTN telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan para pihak pemegang saham BVIS.

Persetujuan atas pengambilalihan saham BVIS serta rancangan restrukturisasi dalam rangka pemekaran UUS BTN telah mendapat restu dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung pada Maret lalu.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025