Jakarta (ANTARA) – Keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini bukanlah kejutan bagi pelaku pasar.

Ini adalah keputusan keempat berturut-turut yang mencerminkan sikap penuh kehati-hatian dalam membaca arah inflasi dan dinamika perekonomian global.

Namun, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang tetap bernada hawkish menjadi sinyal kuat bahwa peluang penurunan suku bunga masih jauh dari harapan pelaku pasar.

Di sinilah letak paradoks pasar bahwa tak ada perubahan kebijakan, namun nuansa komunikasi tetap mengguncang kepercayaan.

Respons pasar terhadap keputusan ini terbilang moderat. Dow Jones turun tipis, S&P 500 nyaris tak bergerak, dan Nasdaq justru sedikit menguat.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa pasar berada dalam fase wait and see yang khas saat ketidakpastian meningkat. Investor tidak bereaksi berlebihan, namun juga belum cukup yakin untuk menambah eksposur secara agresif.

Di tengah stagnasi ini, sentimen global justru diguncang oleh elemen di luar kebijakan moneter, geopolitik Timur Tengah.

Pernyataan keras Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei bahwa negaranya tidak akan tunduk pada "perdamaian atau perang yang dipaksakan", serta kesiapan penuh militer Iran menghadapi segala kemungkinan, kembali meningkatkan ketegangan kawasan.

Ketegangan ini tidak hanya menjadi urusan politik, tetapi turut menggerakkan pasar energi global.

Harga minyak mentah masih bertahan di level tinggi, dengan WTI bergerak di sekitar 75 dolar AS per barel. Namun, momentum kenaikannya mulai melemah.

Fluktuasi yang menyempit ini menjadi cerminan tarik-menarik antara kepanikan jangka pendek dan ekspektasi jangka panjang pasar energi.

Dampak dari semua ketidakpastian ini terasa jelas di pasar domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam, jatuh dari kisaran 7.115 ke 7.028 hanya dalam hitungan jam.

Formasi teknikal menunjukkan pola klasik "gap up lalu turun tajam", yang memperlihatkan kepanikan investor lokal dalam menghadapi ketidakpastian global.

Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru berpeluang bergerak menguat pada perdagangan Kamis, dengan sentimen utama akan berasal dari tingkat global.

Sentimen utama akan berasal dari arah kebijakan The Fed, serta masih terkait dengan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

"Di tengah tekanan geopolitik eksternal yang meningkat dan minimnya sentimen positif baru, maka diperkirakan IHSG konsolidasi di kisaran 7.000 hingga 7.200," ujar Ratna Lim.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.